Pesawat Tempur

Pesawat Tempur
F16
Powered By Blogger

Laman

Cari Blog Ini

Kamis, 01 Maret 2012

Nikmatnya Jadi IT Support Ini sedikit pengalaman saya ketika menjadi IT Support. Pagi-pagi, saya harus datang lebih pagi dari yang lain. Pertama kali memeriksa server, apakah sentral semua komputer tersebut masih menampakkan tanda-tanda kehidupan ataukah sudah tepar. Lantas memeriksa Modem ADSL dan koneksi ke dunia luar. Setelah semua OK, maka koneksi internal menjadi urusan berkutnya untuk diperiksa. Maklum, percuma saja server hidup kalau koneksi dari komputer lain terputus karena ada beberapa data yang hanya disimpan di server. Setelah selesai, barulah saya akan duduk nyaman di hadapan komputer saya. Membuka RSS Feeder dan membaca berit amenarik, sambil sesekali menyapa teman yang sudha online. Saya akan menunggu panggilan dari para client saya: teman-teman sekantor, ketika mereka mengalami kesulitan dalam bekerja. Apa saja, akan dilaporkan kepada saya, sepanjang berurusan dengan komputer. Mulai dari mouse yang tidak berkedip-kedip, sampai dengan software aplikasi sederhana buatan saya yang tiba-tiba ngadat. Mulai dari screen filter yang mencong, sampai urusan flash disk yang tidak terdeteksi. Buat saya hal-hal tadi sangat menyenangkan. Tentu saja melelahkan. Kerja apa sih, yang tidak melelahkan? Apalagi kadang saya bisa tahu password apa saja yang dipilih teman-teman untuk mengakses komputer mereka. Lucu juga kalau ada yang menggunakan nama pacar sebagai password. Huehehe... Tapi ada juga hal lain yang menyebalkan. Ini terjadi kalau urusan pendukung tidak berjalan lancar seperti semestinya. Maksudnya begini: Komputer dan peralatan IT lainnya bisa beroperasi dan digunakan kalau ada sumber tenaga. Nah, terkadang listrik tidak tersedia dengan mudah. Ada saja kabel-kabel atau colokkan listrik yang tidak berfungsi. Bayangin aja, pernah saya melakukan setting di ruang meeting. Proyektor sudah disiapkan, laptop sudah dihidupkan, Wireless Access Point sudah diatur supaya semua peserta yang membawa laptop bisa terhubung dalam satu jaringan. Begitu juga dengan mesin printer yang siap mencetak segala hal yang diinginkan. Eh, pas mau dinyalain, nggak ada respon sama sekali. Nggak ada suara kipas ataupun hembusan udara hangat dari kisi-kisi di samping laptop atau proyektor. Nah lho!!! kenapa neh? Ternyata, stop kontak yang menempel di dinding dengan manisnya tak memiliki arus listrik. Duh, kuli bego mana yang membangun gedung ini? Stop kontak sudah menempel dengan manis, plafon sudah ditutup, tapi nggak ada setrumnya! Terpaksa melubangi dinding. Memasukkan kabel hingga tembus ke ruang sebelah, lalu memasang stacker dan stop kontak baru. Selesai? Belum! Ternyata kabel UTP yang menghubungkan ruang meeting ini juga anteng-anteng aja saat saya colokkan ke kabel tester. Nggak ada LED berkedip-kedip dalam urutan tertentu yang menandakan kabel terhubung ke router. Oalah... percuma aja dipasang Wireless Access Point kalau LAN belum nyambung sampai ruang ini. Terpaksa tanya bagian umum, untuk melihat-lihat gambar jalur kabel yang ada. Maklum, bukan saya yang memasang jaringan LAN di kantor ini. Ternyata tidak mudah mencari lembaran peta jaringan di sini. Terpaksa mereka-reka dan melakukan tes satu per satu terhadap kabel yang sudah ada. Ini nggak mungkin selesai satu hari. Terpaksa meeting cuma pakai papan tulis white board dan spidol. Tanpa proyektor ataupun laptop. Apalagi Wireless LAN. Dua hari kemudian, tiga lembar peta jaringan kabel di tiga lantai tergeletak di meja saya. Nah, tenyat adata nya juga nggak akurat. Terpaksa memberi identitas ulang. Selama ini, hanya dua komputer yang online di lantai satu gedung kantorku. Padahal, ada 8 untai kabel UTP yang menjuntai dari langit-langit di ruang meeting. Terpaksa beli switch lagi untuk diletakkan di atas plafon ( = buka plafon). Lagi-lagi, sumber arus listrik jadi hambatan. Mau dicolokkin kemana switch 16 port ini? Apa saya harus minta peta jaringan listrik lagi dari bagian umum dan dua hari lagi baru tersedia data yagn saya minta? Nggak deh. Kapok. Mendingan saya kerjain sendiri. Kabel listrik yang sudah saya tembuskan ke ruang sebelah, saya atur lagi supaya terbagi juga ke atap ruang meeting. Hihihi... IT Support masang kabel listrik di atas plafon? Jangan gila dong... Tapi begitulah, kalau nggak gila, udah lama saya hengkang dari kantor ini. Hmmm.... suka duka jadi IT Support, kelak pasti bikin kangen. Saya nggak boleh mengeluh, sebab semua pekerjaan juga punya suka dukanya sendiri. Begitu, kan?